PT Pertamina Melalui Sustainable Aviation Fuel Membawa Transformasi Energi Besar Bagi Indonesia Serta Menjadi Bukti Nyata Komitmen Terhadap Penerbangan Rendah Emisi Ramah Lingkungan Modern

Selasa, 26 Agustus 2025 | 08:24:45 WIB

JAKARTA - Dunia penerbangan Indonesia mencatat sejarah baru setelah PT Pertamina (Persero) sukses menggelar penerbangan perdana menggunakan bahan bakar berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). Bahan bakar ini diproduksi dari minyak jelantah (Used Cooking Oil/UCO) dan digunakan oleh maskapai Pelita Air untuk rute Jakarta–Bali.

Inovasi ini menjadi langkah strategis Pertamina dalam mendukung program transisi energi nasional sekaligus mengurangi emisi karbon di sektor penerbangan. Penerbangan uji coba ini digelar di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta pada Selasa (20/8), dan mendapat sambutan positif dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun pemangku kepentingan di sektor energi.

Inovasi Energi Bersih dari Minyak Jelantah

Pertamina melalui anak usahanya berhasil mengembangkan SAF yang diproses di Green Refinery Cilacap. Proses ini menggunakan teknologi co-processing dengan mencampurkan bahan baku nabati, seperti minyak jelantah, bersama bahan bakar fosil sehingga menghasilkan bioavtur berkualitas tinggi.

Produk SAF yang dihasilkan Pertamina telah lolos uji standar lembaga sertifikasi nasional maupun internasional. Bahkan, bahan bakar ini sudah mengantongi sertifikasi Proof of Sustainability (POS) dan ISCC CORSIA yang memastikan rantai pasoknya berkelanjutan.

Kehadiran SAF menjadi langkah nyata dalam mendukung komitmen Indonesia menuju target Net Zero Emission 2060. Tidak hanya menekan emisi karbon hingga 84% dibandingkan avtur konvensional, penggunaan SAF juga membuka peluang baru dalam pengelolaan limbah minyak jelantah yang selama ini kurang termanfaatkan.

Dukungan Pemerintah dalam Transisi Energi

Pemerintah Indonesia menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Pertamina. Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dunia dalam pengembangan SAF. Menurutnya, dengan ketersediaan bahan baku yang melimpah, Indonesia bisa menjadi pusat produksi sekaligus pemasaran bahan bakar berkelanjutan untuk sektor aviasi global.

Hal senada diungkapkan Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kementerian Koordinator Pembangunan Kewilayahan, Odo R.M. Manuhutu. Ia menyebut bahwa penggunaan minyak jelantah sebagai bahan baku SAF bukan hanya solusi transisi energi, tetapi juga bentuk penerapan ekonomi sirkular. Dengan memanfaatkan limbah rumah tangga maupun industri kuliner, masyarakat dapat berkontribusi langsung terhadap kemandirian energi.

Selain itu, pemerintah juga telah meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Industri Nasional Bahan Bakar Berkelanjutan. Dokumen ini menjadi panduan strategis dalam mencapai kedaulatan energi, dekarbonisasi aviasi, serta penciptaan rantai pasok energi hijau yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Peran Pertamina dan Kolaborasi Strategis

Keberhasilan peluncuran SAF tidak lepas dari kolaborasi lintas unit usaha di Pertamina Group. PT Kilang Pertamina Internasional, PT Pertamina Patra Niaga, serta PT Pelita Air Service menjadi bagian penting dalam riset, produksi, distribusi, hingga implementasi bahan bakar ramah lingkungan tersebut.

Maskapai Pelita Air, sebagai anak usaha Pertamina, ditunjuk menjadi operator penerbangan perdana menggunakan SAF. Keberhasilan penerbangan rute Jakarta–Bali ini menandai kesiapan ekosistem bahan bakar hijau untuk digunakan secara komersial di masa mendatang.

Pertamina juga menggagas program UCollect yang melibatkan sektor hotel, restoran, katering (HoReCa), hingga rumah tangga untuk mengumpulkan minyak jelantah. Langkah ini tidak hanya memastikan pasokan bahan baku berkelanjutan, tetapi juga memberdayakan masyarakat dan UMKM untuk masuk dalam rantai ekonomi hijau.

SAF sebagai Pendorong Ekonomi Hijau

Selain dampak lingkungan, penerapan SAF juga membawa nilai tambah bagi perekonomian nasional. Dengan menjadikan minyak jelantah sebagai sumber energi, limbah rumah tangga maupun industri dapat diubah menjadi komoditas bernilai tinggi.

Model ekonomi sirkular ini memberikan peluang bisnis baru, terutama bagi UMKM yang terlibat dalam pengumpulan dan pengolahan minyak jelantah. Dengan demikian, SAF bukan hanya mendukung transisi energi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, menekankan bahwa pengembangan SAF sejalan dengan upaya memperkuat kemandirian energi nasional. Indonesia telah membuktikan diri sebagai pemimpin biodiesel dunia, dan kini memiliki kesempatan besar untuk mengulang kesuksesan yang sama pada sektor bioavtur.

Arah Masa Depan Energi Penerbangan Nasional

Inisiatif penggunaan SAF di sektor penerbangan menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menjawab tantangan global terkait emisi karbon. Dengan dukungan penuh pemerintah, kolaborasi industri, serta keterlibatan masyarakat, SAF diharapkan dapat menjadi bahan bakar utama untuk penerbangan domestik maupun internasional di masa depan.

Pertamina menargetkan posisi sebagai penyedia utama bahan bakar ramah lingkungan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kawasan Asia Tenggara. Dengan strategi ini, Indonesia berpeluang menjadi pusat energi hijau sekaligus pemain penting dalam rantai pasok aviasi global.

Sebagai perusahaan energi nasional, Pertamina berkomitmen mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) melalui penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya. SAF menjadi salah satu bukti nyata bahwa transisi energi bukan hanya wacana, melainkan langkah konkret menuju masa depan energi yang lebih bersih.

Terkini

Kabar Baik Harga BBM Pertamina September 2025 Stabil

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:18 WIB

Promo Diskon Tambah Daya Listrik PLN Bikin Pelanggan Senang

Jumat, 12 September 2025 | 17:40:15 WIB

5 Pilihan Rumah Murah Nyaman di Tasikmalaya 2025

Jumat, 12 September 2025 | 17:39:11 WIB