JAKARTA - Musibah tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, menjadi peristiwa yang mengguncang dan menyentuh hati bangsa Indonesia. Dengan korban yang masih dalam proses pencarian, tragedi ini mengingatkan pentingnya keselamatan dalam sistem transportasi laut nasional.
Ketua DPR RI, Puan Maharani, mengungkapkan rasa duka cita mendalam atas kejadian ini. “Kami, pimpinan DPR dan anggota DPR, tentu saja mengucapkan turut berduka cita atas tragedi atau musibah yang terjadi atas korban yang terjadi di kapal Tunu di Selat Bali yang saat ini masih dalam proses pencarian,” ujarnya di Kompleks Parlemen, Jakarta.
Kebutuhan Mendesak untuk Evaluasi dan Perbaikan Tata Kelola Transportasi
Puan Maharani menegaskan bahwa tragedi ini merupakan peringatan keras bagi semua pihak yang berkepentingan dalam sektor transportasi laut. Menurutnya, perbaikan tata kelola dan sistem transportasi harus menjadi prioritas utama agar keselamatan penumpang dan awak kapal benar-benar terjamin.
“Kami berharap kepada seluruh stakeholder terkait transportasi untuk bisa tetap memperbaiki tata kelola transportasi yang ada, sehingga keselamatan dari seluruh awak dan penumpang yang ada terjamin, dan jangan sampai terjadi lagi musibah seperti ini,” tegas Ketua DPP PDIP tersebut.
Pengelolaan transportasi laut yang lebih baik meliputi aspek teknis, manajemen risiko, hingga standar pelayanan keselamatan yang wajib dipenuhi oleh semua operator kapal. Selain itu, koordinasi antar lembaga terkait harus diperkuat untuk menghadapi kondisi darurat secara cepat dan efisien.
Faktor Cuaca dan Pentingnya Mitigasi Risiko
Dalam banyak kasus kecelakaan kapal, faktor cuaca sering menjadi penyebab utama. Namun Puan mengingatkan bahwa mitigasi dan langkah antisipatif wajib dilakukan untuk mengurangi risiko kecelakaan.
“Walaupun memang situasi atau cuaca banyak menjadi salah satu hal, namun mitigasi dan antisipasi seperti ini harus dilakukan,” tegas Puan.
Mitigasi ini mencakup sistem peringatan dini, pelatihan kru kapal yang memadai, serta pengawasan ketat terhadap kondisi kapal sebelum beroperasi. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dampak buruk dari cuaca buruk bisa diminimalisir.
Kronologi dan Detail Kejadian KMP Tunu Pratama Jaya
KMP Tunu Pratama Jaya berangkat dari Pelabuhan Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali. Kapal membawa 53 penumpang, 12 kru, dan 22 unit kendaraan saat mengalami kecelakaan.
Menurut PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), kapal mengalami blackout sekitar pukul 23.35 WIB dan dilaporkan tenggelam pada pukul 23.55 WIB di Perairan Cekik Gilimanuk. Posisi terakhir kapal tercatat pada koordinat -08°09.371', 114°25.1569'.
Kejadian bermula saat kapal mengirim sinyal bantuan melalui radio sekitar pukul 23.20 WIB, yang kemudian diikuti kecelakaan kapal terbalik dan hanyut ke arah selatan.
Sinergi Pemangku Kepentingan Demi Keselamatan Transportasi Laut
Tragedi ini harus menjadi momentum untuk memperkuat sinergi antara DPR, pemerintah, operator kapal, dan lembaga keselamatan seperti Badan SAR. Peran koordinasi yang efektif sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat.
Peningkatan pengawasan terhadap operator kapal swasta juga menjadi fokus utama agar standar keselamatan benar-benar dipatuhi. Sertifikasi kapal, perawatan berkala, hingga kesiapan kru wajib menjadi perhatian serius.
Menuju Transportasi Laut yang Lebih Aman dan Terpercaya
Musibah KMP Tunu Pratama Jaya adalah panggilan serius bagi seluruh pihak agar memperbaiki sistem transportasi laut di Indonesia. Ketua DPR Puan Maharani dengan tegas meminta evaluasi menyeluruh dan perbaikan tata kelola demi keselamatan penumpang dan awak kapal.
Dengan komitmen bersama dan langkah nyata, transportasi laut di Indonesia diharapkan bisa menjadi lebih aman, andal, dan menjadi tulang punggung konektivitas yang tidak hanya efisien tapi juga terpercaya.