Gen Z Paling Rentan Finansial, Sun Life Ungkap Penyebabnya

Jumat, 27 Juni 2025 | 11:26:52 WIB
Gen Z Paling Rentan Finansial, Sun Life Ungkap Penyebabnya

JAKARTA  – Sun Life Indonesia kembali merilis laporan bertajuk Sun Life Asia Financial Resilience Index edisi kedua dengan tema Balancing Today’s Needs and Tomorrow’s Goals. Laporan ini mengupas cara masyarakat Indonesia mengelola keuangan di tengah tekanan ekonomi yang terus berkembang, sekaligus memperlihatkan kesenjangan ketahanan finansial antargenerasi. Salah satu temuan penting dalam laporan ini adalah Gen Z yang dinilai sebagai kelompok paling rentan secara finansial dibanding generasi lain.

Meski secara umum terjadi peningkatan persepsi kemapanan finansial di masyarakat Indonesia, data menunjukkan hanya 49 persen Gen Z yang merasa aman secara finansial. Angka ini jauh di bawah Baby Boomer sebesar 63 persen dan Milenial 61 persen. Tidak hanya itu, Gen Z juga tercatat memiliki tingkat perencanaan finansial dan kepercayaan diri paling rendah dalam mengatur keuangannya.

Chief Client and Distribution Officer Sun Life Indonesia, Kah Jing Lee, menjelaskan fenomena ini dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 27 Juni 2025. “Gen Z memiliki waktu yang panjang untuk merancang masa depan keuangan mereka, tapi banyak dari mereka justru diliputi kekhawatiran dan keraguan. Mereka tumbuh dalam era ekonomi yang penuh ketidakpastian,” ujarnya.

Gen Z Mengandalkan Teknologi, Hindari Bantuan Langsung

Laporan juga mengungkap bahwa 29 persen Gen Z cenderung tidak mencari bantuan langsung saat mengambil keputusan keuangan, tertinggi di antara generasi lain. Mereka lebih mengandalkan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk konsultasi finansial, dengan 21 persen responden Gen Z menyebut ini sebagai sumber utama informasi.

Perubahan pola ini menggambarkan bagaimana generasi muda mulai beralih ke teknologi untuk mencari solusi finansial, meski tanpa bimbingan langsung dari ahli atau penasihat keuangan.

Inflasi Jadi Tantangan Berat Semua Generasi

Selain perbedaan antargenerasi, laporan ini menyoroti tekanan ekonomi yang dirasakan hampir seluruh masyarakat. Sebanyak 92 persen responden mengaku langsung merasakan dampak inflasi, dan hampir setengahnya (46 persen) mengaku inflasi mengganggu kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dampak inflasi ini menyebabkan perubahan drastis dalam prioritas pengelolaan keuangan masyarakat Indonesia. Sekarang, 62 persen responden menyebut pemenuhan kebutuhan harian sebagai prioritas utama, menggeser perencanaan pensiun yang sebelumnya menjadi fokus utama ke posisi kelima. Dana darurat juga menjadi perhatian penting, ditempatkan sebagai prioritas kedua oleh 42 persen responden, mencerminkan kekhawatiran masyarakat atas ketidakpastian ekonomi.

Ketahanan Finansial Jangka Panjang Masih Minim

Meski ada kesadaran terhadap kebutuhan mengatur keuangan, tingkat kesiapan jangka panjang di Indonesia masih tergolong rendah. Hanya 9 persen responden yang memiliki rencana keuangan untuk lebih dari 10 tahun ke depan, sementara lebih dari setengah responden, yakni 55 persen, belum memiliki rencana finansial yang berlaku lebih dari 12 bulan.

Kesenjangan Ketahanan Finansial Antargolongan

Laporan ini juga menyoroti kesenjangan yang mencolok antara individu dengan ketahanan finansial tinggi dan rendah. Kelompok berketahanan finansial tinggi cenderung fokus pada pengelolaan dana darurat (45 persen) dan pendidikan (38 persen), sekaligus menunjukkan optimisme lebih besar dalam pencapaian tujuan finansial mereka.

Sebaliknya, kelompok dengan ketahanan rendah lebih banyak berfokus pada pelunasan utang, mencapai 53 persen, dan hanya 15 persen dari mereka yang yakin dapat mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Bahkan, 68 persen dari kelompok ini mengaku tidak mampu bertahan lebih dari enam bulan jika menghadapi situasi darurat, seperti kehilangan pekerjaan.

Individu dengan ketahanan finansial tinggi juga menunjukkan perilaku yang lebih proaktif. Sebanyak 44 persen rutin berkonsultasi dengan penasihat keuangan, 50 persen aktif mempelajari topik keuangan, dan 48 persen rajin berinvestasi.

Pentingnya Literasi dan Perencanaan Keuangan

“Laporan ini menunjukkan pentingnya literasi dan perencanaan keuangan untuk membangun ketahanan jangka panjang. Sun Life berkomitmen memberikan solusi dan panduan agar masyarakat dapat mengelola keuangan dengan lebih percaya diri,” tutup Kah Jing Lee.

Upaya Sun Life untuk mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya perencanaan keuangan berkelanjutan menjadi fokus utama di tengah situasi ekonomi yang semakin kompleks dan dinamis.

Data dari Sun Life Asia Financial Resilience Index menggarisbawahi bahwa generasi muda, khususnya Gen Z, menghadapi tantangan berat dalam mencapai stabilitas finansial. Kurangnya perencanaan dan ketergantungan pada teknologi tanpa bimbingan langsung turut memperbesar risiko ketidakmampuan mengelola keuangan secara optimal.

Di sisi lain, tekanan inflasi memaksa masyarakat menggeser prioritas ke kebutuhan harian dan dana darurat, sementara persiapan jangka panjang masih minim. Kesenjangan ketahanan finansial yang signifikan antar kelompok masyarakat juga mengindikasikan perlunya edukasi dan pendampingan lebih intensif.

Sun Life menegaskan komitmennya dalam mendukung literasi dan perencanaan keuangan yang tepat, sehingga masyarakat dapat lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi dan meraih tujuan finansial jangka panjang secara lebih percaya diri.

Terkini

Masyarakat Kini Mudah Cek Bansos BPNT Lewat HP

Jumat, 12 September 2025 | 10:35:58 WIB

Mobil Listrik Suzuki eVitara Siap Ramaikan Pasar Indonesia

Jumat, 12 September 2025 | 10:35:57 WIB

Super Air Jet Hadirkan Penerbangan Harian Jakarta Kupang

Jumat, 12 September 2025 | 10:35:55 WIB

Transaksi Digital Jadi Kunci Kemajuan UMKM di Indonesia

Jumat, 12 September 2025 | 10:35:54 WIB