Generasi Muda Bertransformasi dari FOMO ke Literasi Investasi Saham

Kamis, 26 Juni 2025 | 12:18:15 WIB
Generasi Muda Bertransformasi dari FOMO ke Literasi Investasi Saham

JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, minat generasi muda terhadap investasi saham mengalami lonjakan signifikan. Kemajuan teknologi, kemudahan akses informasi, dan perkembangan media sosial menjadi faktor utama yang mendorong tren ini. Kini, generasi milenial dan Gen Z dapat dengan mudah mengakses aplikasi investasi hanya melalui ponsel pintar mereka.

Data terbaru dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat lebih dari 50% investor baru di pasar modal Indonesia berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun. Hal ini menunjukkan perubahan demografis penting sekaligus membuka peluang besar bagi pasar modal untuk tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan.

Dukungan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengizinkan pembukaan rekening efek secara online semakin mempercepat penetrasi pasar modal ke kalangan muda. Meski demikian, tingginya minat ini juga menghadirkan tantangan besar yang perlu mendapat perhatian serius.

Fenomena FOMO dan Risiko Investasi Emosional

Media sosial memegang peranan ganda dalam fenomena ini. Di satu sisi, platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube membantu menyebarkan edukasi dasar tentang pasar saham secara mudah dan menarik. Banyak konten kreator keuangan mampu menghadirkan materi investasi dengan bahasa yang ringan dan visual interaktif sehingga mudah dipahami oleh generasi muda.

Namun, sisi gelapnya adalah munculnya influencer keuangan yang seringkali memberikan rekomendasi saham tanpa dasar analisis yang kuat. Konten viral yang berisi ajakan membeli saham dengan janji cuan besar dalam waktu singkat sering memicu perilaku Fear of Missing Out (FOMO).

“Investasi yang dilandasi FOMO membuat banyak investor muda membeli saham hanya karena harga sedang naik, tanpa memahami fundamental perusahaan,” jelas seorang pengamat pasar modal. Akibatnya, ketika harga saham tersebut turun, investor panik dan menjual dengan kerugian.

Fenomena ini menegaskan betapa pentingnya literasi keuangan yang baik agar investor muda dapat mengambil keputusan berdasarkan analisis dan bukan sekadar ikut tren.

Pentingnya Literasi Keuangan dalam Investasi Saham

Literasi keuangan adalah pondasi utama agar investasi dapat berjalan efektif dan berkelanjutan. Pemahaman tentang apa itu saham, bagaimana pasar modal bekerja, hingga bagaimana menilai suatu perusahaan adalah pengetahuan yang wajib dimiliki.

Lebih dari sekadar mengetahui cara membeli saham, literasi mencakup pemahaman siklus keuangan dan investasi secara menyeluruh, mulai dari perencanaan keuangan, manajemen risiko, diversifikasi portofolio, hingga kesadaran terhadap tujuan investasi jangka panjang.

Pendidikan finansial yang solid akan membentuk investor yang sabar, rasional, dan fokus pada hasil jangka panjang. Hal ini sangat penting agar investasi saham tidak menjadi perjudian semata.

Upaya Edukasi dari Pemerintah dan Pelaku Industri

Berbagai upaya edukasi telah dijalankan oleh pemerintah melalui OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI). Program-program seperti Sekolah Pasar Modal dan keberadaan Galeri Investasi di berbagai kampus menjadi ruang belajar yang efektif bagi generasi muda.

Kampanye #AkuInvestorSaham yang digagas BEI juga terus diperkuat untuk menjangkau lebih banyak investor muda, terutama melalui platform digital yang sehari-hari digunakan mereka.

Sektor swasta, termasuk perusahaan sekuritas dan fintech, turut berperan aktif menyediakan edukasi yang akurat dan mudah diakses. Fitur simulasi trading, artikel edukatif dalam aplikasi, dan layanan konsultasi berbasis profil risiko adalah beberapa contoh inisiatif yang mendukung pembelajaran investasi yang benar.

Tips Agar Terhindar dari FOMO dan Menjadi Investor Bijak

Untuk menghindari jebakan FOMO, para investor muda disarankan memahami tujuan investasi dengan jelas, apakah untuk jangka pendek, menengah, atau panjang. Memulai dari produk investasi sederhana seperti reksa dana saham yang dikelola profesional adalah langkah bijak sebelum membeli saham individu.

“Jangan mudah percaya rekomendasi tanpa riset mandiri dan lakukan evaluasi kinerja investasi secara berkala,” kata seorang pakar keuangan. Investor juga disarankan menggunakan dana ‘uang dingin’ agar tidak terpaksa menjual saham saat kondisi pasar kurang menguntungkan.

Mengikuti kelas dan webinar dari sumber resmi seperti BEI, OJK, atau institusi keuangan kredibel juga penting untuk memperdalam pengetahuan investasi. Portofolio yang terdiversifikasi akan membantu mengurangi risiko kerugian akibat volatilitas pasar.

Dari FOMO ke Literasi, Kunci Masa Depan Pasar Modal

Minat generasi muda terhadap investasi saham adalah modal utama untuk masa depan pasar modal Indonesia. Namun, minat ini harus diarahkan dengan benar melalui literasi keuangan yang baik agar tidak berhenti pada tren sesaat.

Investasi saham seharusnya menjadi alat pemberdayaan finansial yang mampu membangun kekayaan secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan pengetahuan yang tepat dan sikap bijak, generasi muda dapat menjadi pionir menciptakan ekosistem pasar modal yang sehat, inklusif, dan berkelanjutan.

Transformasi dari investasi berbasis FOMO ke investasi yang berbasis literasi adalah sebuah perjalanan penting yang harus ditempuh demi masa depan keuangan yang lebih cerah dan stabil bagi generasi muda Indonesia.

Terkini

KAI Logistik Bagikan 1.600 Buku Demi Generasi Emas

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:51 WIB

KAI Commuter Catat Kenaikan Penumpang Periode 2025

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:49 WIB

DAMRI Buka Lowongan Mekanik untuk Lulusan SMA SMK

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:46 WIB

Jadwal Lengkap Bus Sinar Jaya Rute Parangtritis Malioboro

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:44 WIB

Dermaga Pelabuhan Mamuju Capai Progres 70 Persen

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:41 WIB