Gadget di Tangan Anak, Peluang Edukasi dengan Pendampingan

Kamis, 26 Juni 2025 | 10:03:43 WIB
Gadget di Tangan Anak, Peluang Edukasi dengan Pendampingan

JAKARTA  – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, fenomena balita yang memegang gadget seperti ponsel pintar atau tablet sudah menjadi pemandangan yang lumrah di masyarakat. Banyak orang tua merasa terbantu dengan konten di platform seperti YouTube dan TikTok untuk menenangkan anak-anak mereka yang rewel. Namun, di balik kemudahan itu, muncul pertanyaan besar: apakah penggunaan gadget sejak usia dini benar-benar mendidik atau justru menjadi ancaman bagi tumbuh kembang anak?

Data Penggunaan Gadget pada Balita Meningkat Pesat

Menurut data terbaru dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementerian Kesehatan, sebanyak 52 persen anak di bawah usia lima tahun di Indonesia telah dikenalkan secara intensif pada gadget. Sayangnya, mayoritas gadget tersebut tidak digunakan sebagai media pembelajaran yang tepat, melainkan sebagai alat untuk menenangkan anak ketika mereka rewel atau sulit diatur.

“Penggunaan gadget pada anak usia dini memang sudah menjadi tren, tetapi banyak yang masih menggunakan alat ini secara berlebihan tanpa kontrol,” ujar seorang pakar tumbuh kembang anak.

Risiko Gangguan Perkembangan Anak Akibat Paparan Layar

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar anak usia 0-2 tahun tidak terpapar layar gadget sama sekali. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut, otak anak sedang mengalami perkembangan pesat dan membutuhkan stimulasi langsung dari interaksi dengan lingkungan nyata. Layar gadget yang datar dan visual yang cepat justru dapat mengganggu proses ini.

Penelitian dari University of Calgary menunjukkan bahwa balita yang terlalu sering menatap layar gadget cenderung mengalami keterlambatan bicara serta gangguan interaksi sosial. Sebaliknya, anak-anak yang lebih banyak bermain dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya menunjukkan perkembangan bahasa dan sosial yang lebih baik.

“Alih-alih menjadi lebih pintar, penggunaan gadget yang berlebihan pada balita bisa menghambat kemampuan komunikasi dan empati mereka,” tambah ahli tumbuh kembang tersebut.

Fenomena Gadget sebagai "Cinta Modern" Orang Tua

Ironisnya, banyak orang tua menganggap memberikan gadget pada anak sebagai bentuk “cinta modern.” Padahal, sebagian besar orang tua melakukannya karena kelelahan atau keterbatasan waktu untuk mengurus anak secara langsung.

Fenomena ini mengindikasikan adanya miskonsepsi dalam pola asuh masa kini. Ketergantungan pada gadget membuat peran orang tua sebagai pendamping utama tumbuh kembang anak tergantikan oleh algoritma dan konten digital yang tidak selalu edukatif.

“Ketika orang tua menyerahkan pengasuhan pada gadget, sesungguhnya mereka sedang menyerahkan kendali perkembangan anak kepada mesin,” ungkap pengamat parenting.

Teknologi Bukan Musuh, Namun Harus Bijak Digunakan

Meski demikian, teknologi tidak sepenuhnya harus dijauhkan dari anak-anak. Jika digunakan dengan benar dan diawasi, gadget bisa menjadi alat bantu edukasi yang bermanfaat. Aplikasi edukatif dengan durasi maksimal 30 menit sehari, disertai pendampingan orang tua, dapat membantu stimulasi belajar anak.

“Kuncinya adalah pendampingan, batasan waktu, dan pemilihan konten yang tepat,” kata seorang psikolog anak. “Dengan cara itu, gadget bisa jadi alat yang mendukung, bukan pengganti interaksi langsung.”

Kembali ke Dasar: Pelukan, Dongeng, dan Mainan Sederhana

Penting untuk mengingat bahwa masa kecil adalah waktu untuk mengeksplorasi dunia nyata melalui interaksi sosial, permainan, dan sentuhan langsung. Pelukan hangat, cerita dongeng, dan mainan sederhana justru menjadi media terbaik untuk membangun kreativitas, empati, dan kemampuan sosial anak.

“Mari kita jadikan gadget sebagai pelengkap, bukan pengganti,” imbau psikolog tersebut. “Jika tidak, kita tengah menanam bom waktu generasi yang tumbuh tanpa empati, kreativitas, dan kecakapan sosial.”

Imbauan untuk Orang Tua dan Masyarakat

Sebagai masyarakat, sudah saatnya kita sadar bahwa anak-anak bukan sekadar perlu “diam” saat diberikan gadget, melainkan bagaimana perkembangan mereka tetap optimal. Orang tua harus mampu membatasi dan memilih konten yang sesuai agar anak tidak kehilangan masa kecilnya.

“Penggunaan gadget sejak dini harus dibatasi dan diawasi,” tegas seorang ahli perkembangan anak. “Pendampingan dari orang tua adalah kunci utama.”

Penggunaan gadget oleh balita merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari di era digital saat ini. Namun, tanpa pengawasan dan batasan yang tepat, hal ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan bahasa, sosial, dan kognitif anak. Orang tua diharapkan lebih bijak dalam memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu edukasi, bukan sebagai pengganti interaksi dan stimulasi langsung dari lingkungan sekitar.

Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang dampak penggunaan gadget sejak dini harus terus ditingkatkan untuk memastikan generasi masa depan tumbuh sehat, cerdas, dan kreatif. Saatnya kembali mengutamakan pelukan, cerita, dan bermain sebagai fondasi utama perkembangan anak, dengan teknologi sebagai alat pendukung yang bijak.

Terkini

KAI Logistik Bagikan 1.600 Buku Demi Generasi Emas

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:51 WIB

KAI Commuter Catat Kenaikan Penumpang Periode 2025

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:49 WIB

DAMRI Buka Lowongan Mekanik untuk Lulusan SMA SMK

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:46 WIB

Jadwal Lengkap Bus Sinar Jaya Rute Parangtritis Malioboro

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:44 WIB

Dermaga Pelabuhan Mamuju Capai Progres 70 Persen

Kamis, 11 September 2025 | 18:46:41 WIB