AAJI: Bancassurance Masih Jadi Tulang Punggung Premi Asuransi Jiwa Kuartal I 2025

Jumat, 13 Juni 2025 | 09:01:28 WIB
AAJI: Bancassurance Masih Jadi Tulang Punggung Premi Asuransi Jiwa Kuartal I 2025

JAKARTA– Kanal distribusi bancassurance kembali menjadi tulang punggung utama bagi industri asuransi jiwa Indonesia pada kuartal I tahun 2025. Berdasarkan laporan resmi dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pendapatan premi dari jalur bancassurance tercatat sebagai yang terbesar dibandingkan kanal distribusi lainnya, meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon, dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta Pusat, menyampaikan bahwa total pendapatan premi industri asuransi jiwa mencapai Rp 47,45 triliun.

Dari total tersebut, premi yang berasal dari kanal bancassurance menyumbang Rp 18,61 triliun, atau sekitar 39,2% dari total pendapatan premi industri. Meskipun kontribusinya tetap dominan, angka ini tercatat mengalami penurunan sebesar 2,4% dibandingkan kuartal I tahun 2024.

"Pada kuartal I-2025, kanal distribusi bancassurance tercatat mendominasi pendapatan premi sebanyak 39,2% terhadap total pendapatan premi," ujar Budi Tampubolon saat konferensi pers.

Kanal Distribusi Alternatif Tempel Ketat Bancassurance

Posisi kedua penyumbang premi terbesar di industri asuransi jiwa datang dari kanal distribusi alternatif, yang menghasilkan pendapatan sebesar Rp 14,87 triliun atau 31,3% dari total premi industri.

Kanal ini mencakup beragam metode pemasaran modern seperti direct marketing, konsultan manfaat karyawan (employee benefit consultant), serta peran broker yang mulai menjadi pilihan signifikan dalam mendistribusikan produk asuransi jiwa.

"Komponen penyumbang terbesar dalam kanal distribusi alternatif adalah direct marketing, employee benefit consultant, dan broker," jelas Budi lebih lanjut.

Kenaikan penggunaan teknologi dan pergeseran perilaku konsumen ke arah layanan yang lebih cepat dan personal menjadi faktor pendukung utama pertumbuhan kanal ini. Kanal alternatif kini dinilai mampu menjangkau masyarakat yang membutuhkan fleksibilitas dalam membeli produk asuransi tanpa kontak langsung yang intens.

Kanal Keagenan Masih Bertahan, Meski Menurun

Sementara itu, kanal keagenan atau distribusi melalui agen asuransi tetap berada di posisi ketiga sebagai penyumbang premi, dengan nilai mencapai Rp 13,96 triliun atau setara 29,4% dari total pendapatan premi industri asuransi jiwa.

Namun, serupa dengan bancassurance, kanal keagenan juga mengalami penurunan sebesar 1,5% dibandingkan kuartal I tahun sebelumnya. Penurunan ini dinilai sebagai tantangan yang perlu segera diatasi oleh pelaku industri, mengingat peran agen masih cukup penting dalam menjembatani perusahaan dan calon nasabah.

Penurunan Premi Dipengaruhi Jumlah Tenaga Pemasar

Menanggapi penurunan pendapatan premi dari dua kanal besar, bancassurance dan keagenan, Kepala Departemen Komunikasi AAJI, Karin Zulkarnaen, menegaskan bahwa penyebab utama melemahnya angka tersebut adalah berkurangnya jumlah tenaga pemasar yang aktif dalam industri asuransi jiwa sepanjang awal tahun ini.

Menurut Karin, meskipun terjadi penurunan dari sisi jumlah dan pendapatan, masyarakat Indonesia pada dasarnya masih memiliki preferensi terhadap produk asuransi yang dijual langsung oleh tenaga pemasar.

"Sebab, masyarakat masih cenderung berkeinginan membeli produk lewat tenaga pemasar. Mereka inginnya ada orang yang bisa dikontak secara langsung kalau ada suatu pertanyaan. Jadi, prospeknya masih sangat besar," kata Karin Zulkarnaen.

Karin menyebut, kebutuhan untuk berinteraksi langsung dan mendapatkan penjelasan mendetail tentang manfaat dan risiko produk asuransi tetap menjadi daya tarik tersendiri. Karena itu, kanal bancassurance dan keagenan masih diproyeksikan memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan di masa mendatang, apabila didukung oleh strategi pemasaran dan pelatihan tenaga pemasar yang tepat.

Strategi Industri dalam Menyongsong Kuartal Berikutnya

Dengan melihat tren pada kuartal I-2025, pelaku industri asuransi jiwa diharapkan melakukan adaptasi cepat untuk mempertahankan performa positif. Salah satu strategi yang direkomendasikan adalah penguatan pelatihan tenaga pemasar, baik di kanal keagenan maupun bancassurance, serta pengembangan kanal digital dan hybrid yang menggabungkan pemasaran digital dengan pendekatan personal.

Di sisi lain, peran regulator juga diharapkan mampu mendorong akselerasi transformasi industri ini, khususnya dalam penguatan regulasi yang memfasilitasi perluasan akses masyarakat terhadap produk asuransi jiwa.

Digitalisasi proses klaim, simplifikasi produk, hingga kolaborasi antara perbankan dan perusahaan asuransi juga menjadi agenda penting guna menjaga kepercayaan masyarakat serta meningkatkan penetrasi asuransi di Indonesia.

Prospek Industri Asuransi Jiwa Masih Cerah

Meskipun menghadapi sejumlah tantangan pada awal tahun, industri asuransi jiwa tetap menunjukkan daya tahan yang baik. Total pendapatan premi sebesar Rp 47,45 triliun di kuartal pertama menunjukkan bahwa sektor ini tetap aktif dan memiliki peran besar dalam ekosistem keuangan nasional.

Ke depannya, jika seluruh kanal distribusi bisa berjalan optimal, ditopang dengan peningkatan kualitas tenaga pemasar dan inovasi produk, maka industri asuransi jiwa diprediksi akan terus tumbuh positif hingga akhir tahun.

Kanal bancassurance masih menjadi tulang punggung utama industri asuransi jiwa Indonesia di kuartal I-2025, dengan kontribusi hampir 40% dari total premi. Meski mengalami sedikit penurunan, kanal ini tetap menunjukkan kekuatan distribusi yang signifikan. Dukungan dari kanal distribusi alternatif dan keagenan turut menjaga stabilitas sektor ini.

Dengan strategi yang tepat, peningkatan jumlah tenaga pemasar, serta pemanfaatan teknologi digital, industri asuransi jiwa Indonesia diperkirakan akan terus berkembang dan mampu menjawab kebutuhan proteksi masyarakat di masa depan.

Terkini