JAKARTA - Zero Waste Movement kini tengah menjadi sorotan, terutama di kalangan generasi Z yang semakin peduli terhadap isu lingkungan. Gerakan ini bertujuan untuk meminimalisir sampah dengan menggunakan produk secara bijak dan bertanggung jawab, menjadi salah satu cara Gen Z dalam menjaga bumi agar tetap lestari.
Sebagai upaya mengurangi volume dan toksisitas limbah dari material, Zero Waste Movement memberikan dampak positif tidak hanya pada lingkungan tetapi juga dalam kebiasaan sehari-hari masyarakat. Ini merupakan langkah nyata dalam melestarikan dan memulihkan sumber daya yang semakin menipis akibat eksploitasi berlebihan.
Sebuah survei oleh Jakpat berjudul "Gen Z Characteristics & Behaviors" yang berlangsung dari 6 hingga 9 Desember 2024 melibatkan 1.155 responden dari generasi Z. Hasil survei ini menunjukkan bahwa Zero Waste Movement merupakan gaya hidup yang paling diminati oleh kelompok usia ini.
Menurut survei, membawa botol minum sendiri adalah kebiasaan yang paling populer dalam penerapan Zero Waste Movement, dengan 64% responden perempuan dan 49% responden laki-laki menjadikannya bagian dari aktivitas sehari-hari mereka. Ini menunjukkan komitmen Gen Z untuk menghindari penggunaan botol plastik sekali pakai yang dikenal merusak lingkungan.
Selain itu, kebiasaan membawa tas belanja reusable atau totebag juga mendapatkan tempat di hati Gen Z, dengan 45% responden perempuan dan 40% responden laki-laki memilih untuk praktis dan ramah lingkungan saat berbelanja. Kesadaran ini menunjukkan betapa generasi muda sangat memperhatikan dampak lingkungan dari kegiatan sehari-hari mereka.
Kemudian, membawa tempat makan sendiri tak ketinggalan menjadi tren dengan 50% responden perempuan dan 42% responden laki-laki memasukkan kebiasaan ini dalam gaya hidup mereka. Hal ini mencerminkan keinginan untuk mengurangi sampah dari kemasan makanan sekali pakai yang biasanya berakhir di tempat pembuangan sampah.
Penghindaran plastik sekali pakai juga menjadi prioritas bagi generasi ini. Sebanyak 41% perempuan dan 36% laki-laki responden secara aktif mengurangi penggunaan plastik tersebut. Hal ini didukung oleh upaya untuk tidak membeli produk dengan kemasan plastik yang berlebihan, dengan 38% responden perempuan dan 34% responden laki-laki berkomitmen pada hal ini.
Pentingnya penggunaan bahan daur ulang juga tidak diabaikan. Sebanyak 30% perempuan dan 33% laki-laki responden mendukung Zero Waste Movement melalui pemanfaatan kembali bahan-bahan yang dapat didaur ulang, serta 28% perempuan dan 33% laki-laki yang aktif memilah sampah di rumah mereka. Semua ini merupakan kebiasaan-kebiasaan kecil yang bisa membawa perubahan besar.
“Generasi Z sangat peduli dengan dampak dari gaya hidup sehari-hari mereka terhadap lingkungan. Mereka memahami bahwa setiap tindakan kecil seperti membawa botol minum sendiri atau memilah sampah bisa membawa perubahan besar bagi masa depan bumi ini,” ujar seorang ahli lingkungan ketika ditanya mengenai tren ini.
Zero Waste Movement tidak hanya menjadi gerakan, tetapi juga perwujudan dari kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian bumi. Dalam dunia yang semakin sadar akan ancaman lingkungan, gaya hidup seperti ini diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan untuk masa depan yang lebih baik.
Pengadopsian gaya hidup ini oleh semakin banyak orang tidak hanya mencerminkan perubahan positif dari individu, tetapi juga melibatkan komunitas, bisnis, dan institusi untuk turut berpartisipasi dalam gerakan ini. Seiring waktu, efek gabungan dari tindakan-tindakan kecil tersebut dapat menghadirkan perubahan besar.
Pada akhirnya, Zero Waste Movement bukan sekadar tren sementara, tetapi sebuah evolusi dalam cara kita hidup dan berpikir lebih kritis tentang dampak manusia terhadap planet ini. Melihat antusiasme yang kuat dari Gen Z sebagai pelopor, masa depan yang lebih berkelanjutan kelihatannya lebih cerah daripada sebelumnya. Dengan komitmen yang terus tumbuh, keberlangsungan kehidupan di bumi dapat terjamin, memberi harapan bagi generasi mendatang untuk hidup di dunia yang lebih hijau dan bersih.