JAKARTA - PT Hutama Karya (Persero), salah satu perusahaan konstruksi terkemuka di Indonesia, memproyeksikan kebutuhan anggaran sebesar Rp161 triliun untuk meneruskan pembangunan mega proyek infrastruktur, Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Proyek ambisius ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas Sumatera, dengan menghubungkan berbagai wilayah dari Lampung hingga Medan. Direktur Utama Hutama Karya, Budi Harto, memaparkan rencana ini dalam sesi rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI.
Tahapan Penting dan Ruas Prioritas
Dana tersebut direncanakan untuk membangun empat ruas penting yang akan menghubungkan Jambi-Rengat, Rengat-Pekanbaru, Dumai-Rantau Prapat, dan Rantau Prapat-Kisaran. Budi Harto menjelaskan, "Dengan tujuan untuk menghubungkan ruas backbone dari Lampung hingga Medan, total investasi diperkirakan sebesar Rp161 triliun."
Skema Pembiayaan yang Masih Dikaji
Meski target investasi telah ditetapkan, skema pembiayaan untuk melanjutkan pembangunan empat ruas JTTS ini masih dalam tahap pembahasan. Budi menyebut, ada beberapa opsi yang tengah digodok bersama pemerintah, termasuk model tarif, pembayaran berkala, hingga dukungan konstruksi. Keputusan terkait pembiayaan ini krusial untuk memastikan kelancaran proyek.
Target Penyelesaian 2031: Ambisi Besar dengan Tantangan Kuat
Saat ini, realisasi proyek JTTS baru mencapai 1.236 km dari total panjang 2.854 km yang direncanakan. Pihak Hutama Karya menargetkan, ruas-ruas tersebut bakal tersambung hingga Pekanbaru pada 2029, dan akhirnya menyempurnakan jalur hingga Medan pada 2031. "Rencana pengerjaan ruas backbone tersambung hingga Pekanbaru direncanakan selesai 2029 dan tersambung hingga Medan pada 2031," jelas Budi. Dengan dukungan kuat dari Komisi VI, perusahaan BUMN ini berharap mendapatkan dorongan yang diperlukan untuk menyelesaikan bagian proyek yang tersisa.
Budi menambahkan, "Besar harapan kami terhadap Bapak-Ibu yang terhormat untuk dukungan terhadap keberlanjutan pembangunan jalan tol Trans Sumatera." Dukungan legislatif dan regulasi yang menguntungkan dianggap vital untuk mengatasi kendala finansial dan birokrasi yang mungkin muncul.
Kinerja Cemerlang Hutama Karya di Tahun 2024
Dalam konteks performa keuangan, Hutama Karya mencatatkan peningkatan yang signifikan di tahun 2024. Pendapatan perusahaan naik 15,37 persen, mencapai Rp31,07 triliun. Laba bersih pun tumbuh sebesar 27,95 persen menjadi Rp2,4 triliun. Capaian ini didorong oleh peningkatan produktivitas, efisiensi dalam beban pokok pendapatan, beban usaha, dan beban bunga.
Selain dari aspek kinerja keuangan, total aset Hutama Karya meningkat signifikan dari Rp169,7 triliun di tahun 2023, menjadi Rp195,4 triliun pada akhir 2024. Tren positif ini memperlihatkan potensi besar perusahaan dalam mengemban proyek infrastruktur besar.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun pencapaian perusahaan mencatat tren positif, tantangan tetap ada di depan mata. Mulai dari skema pendanaan, pembebasan lahan, hingga koordinasi dengan pemerintah daerah dan pusat. Semua aspek ini perlu ditangani dengan serius untuk mencapai target penyelesaian tahun 2031.
Melalui persiapan matang dan dukungan dari berbagai pihak, Hutama Karya optimis bahwa JTTS akan menjadi tulang punggung transportasi yang mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatera. "Keberhasilan proyek ini tidak hanya membawa manfaat bagi perusahaan tetapi juga mempercepat perkembangan ekonomi regional," pungkas Budi.
Dengan keterlibatan aktif dari semua pemangku kepentingan, JTTS diharapkan tidak hanya menjadi simbol kesuksesan infrastruktur nasional, tetapi juga peningkatan mobilitas dan aksesibilitas yang pada akhirnya menguntungkan masyarakat luas. Pembangunan ini diharapkan dapat mendongkrak daya saing lokal melalui peningkatan distribusi dan sektor logistik yang lebih efisien.
Melalui investasi tersebut, pemerintah dan pihak terkait berharap dapat mengurai kemacetan dan memangkas waktu tempuh antar kota di Sumatera, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih merata. Dengan demikian, JTTS bukan hanya sebuah proyek infrastruktur, tetapi sebuah jembatan menuju masa depan yang lebih baik untuk Sumatera dan Indonesia.