Rabu, 29 Oktober 2025

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini 28 Oktober 2025

Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini 28 Oktober 2025
Pergerakan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini 28 Oktober 2025

JAKARTA - Nilai tukar rupiah hari ini diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah di kisaran Rp16.600–Rp16.630 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa, 28 Oktober 2025, rupiah justru berhasil terapresiasi 0,08% atau setara 13 poin menjadi Rp16.608 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menurun tipis 0,08% ke level 98,70.

Selain rupiah, sejumlah mata uang Asia lainnya mengalami penguatan terhadap dolar AS. Yen Jepang meningkat 0,49%, dolar Singapura naik 0,12%, dolar Taiwan terapresiasi 0,33%, dan baht Thailand menguat 0,45%. Di sisi lain, beberapa mata uang Asia melemah, termasuk won Korea Selatan yang terdepresiasi 0,44% serta rupee India turun 0,01%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar Asia bereaksi berbeda terhadap sentimen global dan domestik, termasuk faktor geopolitik dan kebijakan moneter yang sedang berlangsung.

Baca Juga

Menhut-Menkeu Tingkatkan Sinergi Maksimalkan Fungsi Hutan Rakyat

Pengamat pasar valuta asing dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pergerakan rupiah dipengaruhi sejumlah sentimen global, terutama ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang mulai mereda. Kesepakatan dagang kedua negara menjadi harapan pasar untuk stabilitas ekonomi global.

Pertemuan pemimpin AS dan China yang dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan pada Kamis mendatang turut menjadi sorotan, di mana hasilnya diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap pergerakan mata uang regional, termasuk rupiah.

Kebijakan Moneter AS dan Ekspektasi Pasar

Selain faktor geopolitik, kebijakan moneter AS juga menjadi penggerak utama nilai tukar. Pasar kini menaruh ekspektasi tinggi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan dua hari yang berakhir Rabu ini. Optimisme ini diperkuat oleh data inflasi konsumen terbaru yang menunjukkan tren penurunan pada bulan September.

“Kondisi pasar tenaga kerja AS yang mulai melambat dan penutupan pemerintah yang berlangsung saat ini menambah ketidakpastian ekonomi. Hal ini mendorong pelonggaran moneter lebih lanjut dari The Fed,” ujar Ibrahim. Tren penurunan suku bunga AS biasanya menurunkan daya tarik dolar, sehingga memberikan ruang bagi mata uang regional seperti rupiah untuk menguat.

Namun, volatilitas rupiah tetap tinggi karena investor menimbang antara risiko global dan prospek domestik. Pergerakan ini juga dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap inflasi, defisit anggaran, dan kondisi ekonomi global yang saling terkait.

Kebijakan Fiskal Dalam Negeri Menjadi Penopang Stabilitas Rupiah

Selain faktor global, sentimen domestik juga memengaruhi pergerakan rupiah. Pemerintah melalui Menteri Keuangan Purbaya menerapkan strategi fiskal yang fokus pada efisiensi belanja anggaran dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Langkah ini bertujuan menekan defisit anggaran serta menaikkan rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (tax-to-GDP ratio).

Berdasarkan data per akhir Juni 2025, total utang pemerintah pusat tercatat sebesar Rp9.138,05 triliun. Rinciannya, Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp7.980,87 triliun, sedangkan pinjaman pemerintah senilai Rp1.157,18 triliun, setara dengan 39,86% dari PDB. Dengan efektivitas pengelolaan utang dan belanja, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, yang pada gilirannya meningkatkan penerimaan pajak dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

Strategi fiskal ini dinilai penting untuk menjaga kepercayaan investor, baik domestik maupun internasional, terhadap perekonomian Indonesia. Efisiensi belanja dan peningkatan penerimaan pajak menjadi faktor penopang yang dapat menahan tekanan depresiasi rupiah di tengah ketidakpastian global.

Prospek Rupiah Menjelang Akhir Tahun

Melihat kombinasi faktor global dan domestik, rupiah diperkirakan akan bergerak dinamis hingga akhir tahun 2025. Investor masih memperhatikan hasil pertemuan AS-China, keputusan suku bunga The Fed, serta perkembangan kebijakan fiskal di dalam negeri.

Selain itu, performa sektor riil dan data ekonomi seperti inflasi, pertumbuhan konsumsi, dan ekspor-impor menjadi perhatian utama. Sentimen positif dari peningkatan ekspor atau penurunan inflasi domestik dapat memperkuat rupiah, sementara sentimen negatif dari gejolak global atau penurunan ekonomi regional dapat memberikan tekanan.

Ibrahim menekankan, “Pergerakan rupiah tidak hanya dipengaruhi faktor eksternal, tetapi juga efektivitas kebijakan domestik dalam mengelola utang dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kombinasi kedua faktor ini menjadi kunci stabilitas nilai tukar menjelang akhir tahun.”

Dengan pemantauan sentimen global dan kebijakan fiskal yang konsisten, pelaku pasar diharapkan dapat mengantisipasi fluktuasi rupiah. Investor maupun masyarakat luas yang memiliki kebutuhan transaksi valuta asing tetap disarankan memperhatikan perkembangan nilai tukar harian untuk mengambil keputusan yang tepat.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Purbaya Perketat Impor Pakaian Bekas Ilegal dengan Sanksi

Purbaya Perketat Impor Pakaian Bekas Ilegal dengan Sanksi

Harga Emas Diprediksi Menguat, Investor Tak Perlu Panik

Harga Emas Diprediksi Menguat, Investor Tak Perlu Panik

IHSG Diprediksi Menguat, Rekomendasi Saham SSIA hingga PTRO

IHSG Diprediksi Menguat, Rekomendasi Saham SSIA hingga PTRO

WIRG Kini Didominasi Publik, Investor Harus Waspada Volatilitas

WIRG Kini Didominasi Publik, Investor Harus Waspada Volatilitas

Pasar Kripto 29 Oktober 2025: Altcoin Memimpin Kenaikan Harga

Pasar Kripto 29 Oktober 2025: Altcoin Memimpin Kenaikan Harga